Mata Kabut
Apa yang kau perjuangkan, kawan?
Kata mulukmu terus berhamburan
Janji-janji manis bagai kekasih
Sewaktu berjanji sehidup-semati
Tengoklah kota penuh kenangan
Dini hari yang dingin oleh kabut
Matanya menusuk perjalananku
Setiap kelokan beraroma bahaya
Panggung telah berdiri gagah
Menunggu pidato bakar nurani
Hari pencoblosan segera tiba
Aku tak memilih kepalsuan itu
Biarkan aku sendirian di kamar
Menulis puisi ditemani sunyi
Tak mau aku seperti orang lain
Memuja manusia bagai berhala
Singaraja, 9 April 2019
Comments
Post a Comment