Posts

Showing posts from June, 2018

Purnama Merindu

Image
Aku merindukan-Mu Pada hening meditasi Doa kuhaturkan di altar Tarian kupersembahkan Mengundang-Mu datang Di sudut hati berbunga Kudengar seruling-Mu Di tepi sungai Yamuna Para gopi berkumpul Bersama kerinduan Begitu membuncah Dia datang tersenyum Nyanyian menggema Seribu bayang-Mu Peluk tubuh merindu Pada terang purnama Pertemuan illahi Dia, hanya Dia Govinda! Kesava! Sang Pencuri Hati Di kaki-Mu aku bersujud. Hari Bol! Denpasar, 28 Juni 2018 Sumber gambar: pinterest.com

Telaga Ngembeng

Image
Kudengar suara gamelan Menjelma irama kematian Pada nasib tak berpihak Di mana dan kapan saja Rahasia segala rahasia Kulihat engkau risau Sakit lama kau derita Kepahitan bertahun silam Kekalahan demi kekalahan Kau hadapi dengan gagu Kapan semua berlalu Nasib tak selalu baik Pada Bhatara mengadu Pemuja Ibu baik hati Penawar segala perih Di Pura, kau jadi abdi Pelayan-penyembahNya Bahagia jalani semua Air basuh resah-gelisah Mengalir dingin hatimu Suara-suara di telinga Tak lagi kau dengar Berganti doa dan mantra Larut-menyatu dalam diam Bertemua Ia maha sakti Hari Om Hari Om Denpasar, 27 Juni 2018 Painting: Tramps Yale Men Outsider Art Brut RAW Visionary Naive Primitive Elisa Title: Three Tramps Flirting With Yale MenSize: 12X16Media: Acrylic on Canvas BoardThe painting you are viewing is an acrylic sketch straight from the subconscious pit of Mondoexpressionism. These are quick stream-of- conscio

Melodrama

Image
Aku menahan diri bertegur-sapa Sebab kita bukan hidup di rumah Kita hidup di kontrakan, di mana percakapan hanya untuk saudara dan teman, bukan untuk tetangga Di saat sakit bahkan ketika mati Tak ada yang tahu dan peduli Sibuk dengan urusan sendiri Nasib begitu sunyi dan sepi Begitu jumawa juga angkuh Suluh tradisi hilang sudah O, negeri kaya ramah-tamah Ke mana budaya leluhurmu Tergilas laku barbar dan kasar Tak kujumpai lagi sopan santun Barang langka hanya kenangan Kemiskinan alasan segala hal Di zaman sulit makin membelit Loakan-kontrakkan jadi solusi Tanah dan rumah tak terjangkau Bagi kaum migran seperti kami Tengoklah desa masih bersahaja Hidup miskin kerukunan terjaga Di kota semua menjadi berbeda Seperti banyak tertulis di jalan ‘Biar miskin asalkan sombong!’ Begitulah lakon hidup hari ini Denpasar, 24 Juni 2018 Paintings: Italian Wall Drawing 11, pencil, color pencil rubbed pigment, flashe, on e

Tanah Lot

Image
Kubasuh wajah dengan tirtha Agar hilang segala mala diri Percikan air di ubun-ubunku Dinginkan bara gelisah hati Pantai dan pura ramai turis Berfoto di antara karang laut Akhirnya tiba di pulau indah  Banyak kesedihan kita temui Ibu penjual kartu pos gontai Tak ada turis yang membeli Kenangan tak lagi ditulis rapi Kini diabadikan dalam ponsel Banyak yang berubah sekarang Selfie dan wifie gantikan semua Senja kabarkan masa silam Di pelataran pura kulihat kau Penguasa waktu pengelana abadi Salam takzim untukmu wahai resi Denpasar, 23 Juni 2018 Foto: koleksi pribadi

Karcis No. 213

Image
Berjalan di instalasi rumah sakit Aku kalah oleh nasib dan waktu Kerasnya hidup tak mampu kulawan Penyakit mendera bagai hela cemeti Suara terbungkam di bising percakapan Senyap merayap di dinding kamar kusam Kutelan obat pahit sepuluh tahun berjalan Bersama suara-suara mengganggu malam Kenyataan kuterima dengan setengah gila Di ruang beraroma karbol kubunuh sunyi Pagi sisakan mentari di lorong-lorong sal Bayang masa lalu berkejaran di ingatan Pulang kembali ke asal-muasal kelahiran Kesementaraan abadi dalam gambar diri Denpasar, 22 Juni 2018 Sumber gambar: zoomartdesign.com

Kucing di Suriah

Image
Perang sisakan duka-nestapa Gedung dan rumah hancur Potongan mayat berbau amis Tangis anak kehilangan ibu Sengal nafas dijemput maut Di Suriah, kematian tak usai Bagai kiamat mendekat Tak ada tersisa --air mata! Kulihat tayangan televisi Kucing-kucing kelaparan Ditinggal pemilik yang mati Dihantam bom malam hari Terjepit reruntuhan kamar Suaranya menyayat hati Teringat tuan baik hati Belai dan cium tak henti Mendekat pada mayat tuan Seolah ingin membangunkan Betapa pilu! Hanya Tuhan Tahu kapan ini berakhir Denpasar, 20 Juni 2018 Painting: War paintings by Haitz de Diego from Spain. Source: artospective.blogspot.com 

Giridhari

Image
Begitulah. Kami terdiam, sibuk dengan gawai di tangan, melihat gambar dan kabar membuat kami tersenyum lalu tertawa, entah kenapa. Makanan telah tandas, pikiranku berkelana jelajahi tubuh kekasih. Malam yang mengajari birahi Pagi sebentar lagi tiba Menggapai puncak hening Tak ada suara. Tersisa hanya sunyi kata. Sampai kapan cinta ini ada? Kuingin selamanya, percintaan abadi, seperti tuhan kekal dalam ingatan manusia. Niskala. Cinta yang tak ada dalam kamus Tak terdefinisi, bukan kata kerja Mengalir, terus mengalir aliri batin Membuat kita berani jalani hidup Dalam suka-duka. Aku mencintaimu! 2018 Painting: GASTON DUF, Rinauserose Viltrities, 1950, colored crayon on paper, 50 x 68 cn, 19.7 x 26.8 ins., photo: Arnaud Conne, Collection de l’Art Brut, Lausanne, source: www.riccomaresca.com

Gerimis di Kota Denpasar

Image
Tak ada disembunyikan dari hujan Basahi tanah dan kenangan kita Berguguran jatuh di pelupuk mata Teduhkan gelisah yang menderas Pandangi siang dan langit temaram Suara anjing keluar dari pintu sebelah Kukira ia lapar, namun tidak. Ia hanya ingin kebebasan, tergadai oleh dryfood atau sekerat daging. Juga nafsu manusia Anjing beri cinta dan setia, setidaknya Saat ini ketika kesepian melanda diri. Lupakan soal anjing. Mari kita bercakap tentang liburan menyenangkan. Pantai tempat segala sedih berlalu, larut dalam canda riang dan tawa. Kulihat kau ketawa seperti saat menangkan pertempuran di permainan gawai yang kau suka. Buatkan aku secangkir kopi, agar siang makin hangat. Di halaman, air hujan genangi perigi. Mencari tempat berlabuh bagai kapal arungi laut rindu daratan. Mendekatlah. Beri peluk mesra dan cinta menjelma dongeng indah Di kota yang kian lupakan dirinya. Denpasar, 19 Juni 2018 Painting: RAINY SEASON by Iz Maglow oil crayon, tempera and acryl

Malam Lebaran

Image
      Kota terlelap dalam mimpi Sepi ditinggal penghuni Pulang ke tanah kelahiran Hari raya nan suci, kembali Ke hakikat diri. Polos bagai Kanak-kanak, hati bersih Tempat Tuhan bertahta Bagai musafir, kuarungi Waktu, jejakkan kaki Di bumi tua-renta Belajar banyak hal Dari orang-orang Berjalan sendiri Temukan diri Tafakur, teringat Diri kufur penuh Noda dan dosa. Cinta-Mu lah Kurindu. Kucari Di banyak masjid Pada malam tahajud Beribu sujud ingin Bersatu dengan-Mu Kulihat Engkau Di mana-mana Mataku terbuka Tak lagi buta Beribu cahaya Terangi jalan Denpasar, 15 Juni 2018 Idul Fitri 1 Syawal 1439 H Sumber gambar: sufinews.blogspot.com