Posts

Showing posts from July, 2016

Purnama

Ribuan nyala pantai senja disana cahaya merah bulan merah aku biru tubuh memerah bibirmu Denpasar, 8 Juli 2009

Pasar Badung

Berjalan di kota dini hari aku melihat terang penda-pendar cahaya pasar cahaya Ibu tua memanggul kenangan teringat Dia di via dolorosa wajahnya berisikan debu juga lelah dan amarah Aku menyaksikan itu aku melihat semua Ibu tua, pasar, kenangan, lelah, amarah. Denpasar, 13 Juni 2009 (teruntuk para perempuan pekerja keras di Pasar Badung, Denpasar)

DIEN

suaramu tak merdu malam ini hampir penuh kutinggalkan restoran bergegas susuri malam segar bibirmu mabuk aku hadang laut remaja menari pelacur sepi satpam lelap botol-botol membeku kau baca koran sore? disana sajakku memagut tawamu hujan turun kamar hotel masih jauh aku merindumu. (teruntuk Andien) Risata Hotel, Kuta, 2003 Pesta Sastra Internasional

Di Kamar, Blues Masih Mengalun

Image
Dulu kita tak pernah percaya cinta "Cinta adalah tahi kucing!" katamu sambil mengacungkan botol bir ke langit memaki dia yang telah pergi Kini pun kita tak pernah percaya cinta Tak percaya, sebab cinta bikin sakit saja seperti tuhan yang Rendra tulis Tuhan sudah mati! Tuhan kita kini adalah tuhan dalam musik blues tercipta dari kemiskinan dan luka kaum papa kaum hina Bunda Teresa ibu mereka potretnya tergantung di hati Aku memahami luka itu Kau memahami luka itu Kita memahami luka itu Luka jualah yang membuat kita bertemu Disini Di kamar ini. Moding, Bali Barat, 02 Juli 2009 Sumber gambar: philosophynow.org

Jadi Wartawan (Lagi)

Ya, saya jadi wartawan lagi. Menulis adalah kemampuan dan passion saya, maka itu saya jadi wartawan (lagi). Semangat dan pantang menyerah adalah modal utama. Semoga saya mampu mengemban tugas ini. Saya teringat buku Anand Krishna, "Kearifan Mistisisme" yang saya baca. Di buku tersebut disebutkan wartawan adalah profesi yang mulia. Wartawan mesti berjiwa merdeka, karena ia juga seorang mistik.