Posts

Showing posts from April, 2019

Bohemian

Image
Berjalan sepanjang hari Gelandangan kaum jalang Mampir di setiap rumah Tawarkan kopi dan roti Bicara puisi dan tuhan Terbunuh oleh pemikir gila dan dijebloskan ke rumah sakit jiwa, hingga Seratus tahun kematian Kita mengerti filsafatnya Aku butuh nasi, tak hanya kata-kata bijak yang indah Dimana kau, wahai kawan Ayo susuri jalanan kotamu Hingga dini hari datang Lampu merkuri sisakan Kenang dan bayang tentang Hidup yang lucu dan jenaka Seperti pertunjukkan teater Di panggung politik negeri ini Tuang gelas dengan minuman Mabuk oleh kemuakan hidup Kita kaum terbuang, bersatulah penyair-buruh sedunia. Eureka! 2018 Sumber gambar: tumblr.com

Kepada Ayah

Image
Sudah lama kita tak bertemu Engkau tinggalkan tubuh biru Dunia begitu fana dan renta Sisakan air mata tak kering Nyenyakkah tidur panjangmu  Bersama kebahagiaan hakiki Ibu selalu merindukanmu  Memeluk sedih kenangan  Tak ada yang tahu arti cinta  Setelah kita ditinggal kekasih Kelambu masih seperti dulu  Bersama putih bayang-bayang Buku-bukumu kubaca kembali Pesan bijak tak pernah lekang  Petikkan gitar hidupkan nyali Jari-jari tua penuh semangat Damailah di sana bersama-Nya Kunyalakan dupa hidupkan doa Denpasar, 16 Maret 2019 In Memoriam I Ketut Rendah (1944-2013)

Mata Kabut

Image
Apa yang kau perjuangkan, kawan? Kata mulukmu terus berhamburan Janji-janji manis bagai kekasih Sewaktu berjanji sehidup-semati Tengoklah kota penuh kenangan Dini hari yang dingin oleh kabut Matanya menusuk perjalananku Setiap kelokan beraroma bahaya Panggung telah berdiri gagah Menunggu pidato bakar nurani Hari pencoblosan segera tiba Aku tak memilih kepalsuan itu Biarkan aku sendirian di kamar Menulis puisi ditemani sunyi Tak mau aku seperti orang lain Memuja manusia bagai berhala Singaraja, 9 April 2019

Dua Penyair Tak Jadi Bertemu

Image
Sampah-sampah tertiup angin pagi Jalanan mulai ramai oleh kendaraan Aku duduk menikmati kopi di beranda Menghisap senyap merayap perlahan Di manakah kau, wahai kawan penyair Semalam kita mengobrol di telepon "Mampirlah ke rumahku pinggir pantai, ke arah timur dari tempat kau menginap" Di kotamu, aku kehilangan tanda arah Matahari kurasakan terbit di barat laut Kau bercerita tak lagi bekerja normal "Kini aku miskin, hidup dari menulis" Tak apa, kataku. Miskin itu anugerah, banyak orang kaya tidur tak nyenyak. Kehilangan ibu, itu yang kau rasa kini Cerita pendekmu kubaca berkali-kali Jika kita tak bertemu tak perlu sedih Mari bicara melalui intuisi puisi-puisi Bahasa sederhana kaya akan makna Percakapan diam di kota kenangan Singaraja, 9 April 2019