Posts

Showing posts from March, 2015

Tejakula

Berapa kelok lagi Mesti kutempuh Untuk sampai padamu Jarak terasa jauh Ingatan melekat Masa laluku Perbincangan kita Menggantung Senja yang muram Celoteh anak-anak Bangunkanku dari mimpi Lukisan gadis kecil Tentang rumah Begitu membekas Dimanakah rumah? Hati yang tulus Rumah bagiku Kembara sunyi Penyair sepi Di matamu Kulihat cinta Sisakan jejak Jalan asing Tak bernama Pacung, 06 Juli 2014

Pulang

Potret hiasi dinding Mereka yang mati Sisakan kenangan Menganga di dada Kita bercakap Tentang masa lalu Tentang tetangga Menjadi kaya Dan kau ingin Aku seperti mereka Apa yang kita cari Dimana kebahagiaan Mimpi-mimpi Telah aku kubur Waktu mengajariku Menjejak tanah Menerima kenyataan Bersetuju Pada kehidupan Memang sebaiknya Kita tak berkabar Memendam rindu Juga dendam Masa kanak hilang Ditelan pertanyaan Perjumpaan kita Sebatas karma Terpisah waktu Kita bertemu Di ruang tamu Bagai orang asing Kehilangan alamat Kesunyian merayapi Tembok-tembok Kusam dan berdebu RSBI, 16-19 Maret 2015  

di depan kamar 101

bayangmu masih disini aku mengenangnya setiap melewati kamar itu pagi hari minum bersama berbincang tentang tempat kita kunjungi perjalanan telah jauh banyak kenangan kita lewati terukir janji lewati sisa usia hidup bersama penuh bahagia mari melukis takdir pada kanvas jiwa berlabuh di pantai senja untuk satu kata; cinta! (RSBI, 18/11/14)

Sajak Desember

Tak ada puisi hari ini Hanya pekat kopi Tandas di dasar gelas Waktu berlari cepat Sebentar lagi pagi Orang-orang Bergegas pergi Entah apa yang dicari Di jalanan Aku melihat diriku Masa lalu yang kelu Selalu memburu Sampai dimanakah aku?

Rendezvous-3

kau bercerita tentang kotamu kota yang lupa asal-usulnya orang-orang berganti wajah sedemikian rupa di kotamu angin tak ada lagi, kata penyair tua mungkin dia benar langit di kotamu kerap menipu seperti kelam bukan  malam di jalanan orang gemar memaki tergesa pergi mengejar waktu dimanakah engkau tak kutemukan hanya muadzin memanggil tak ada doa lupa bersua tuhan hanya masa lalu Negara, 27 Maret 2014

Rendezvous -2

Koran-koran Tak habis kubaca Waktu tergadai Rutinitas Aku butuh Hening sejenak Senja hari Kita berbincang Tentang hidup Semakin sulit Ditemani kopi Dan  puisi Di buku menu Kutemukan wajahmu Kota yang angkuh Kau bersikukuh Percintaan kita Abadi Seperti cerita Dalam dongeng Aku ingin lama Bersamamu Lekaslah datang Ke kotaku Kita bertemu Rindu pecah Berpeluk asa

Rendezvous

Rendezvous           :Reda perjalanan ini semoga tak sekadar persinggahan seorang turis menyenangi negeri eksotis mampir di setiap tempat pada waktunya akan pergi melupakan nama juga tempat yang disinggahi pernah aku berkelana ke negeri jauh lupa jalan pulang tersesat di hati perempuan yang kemudian meninggalkanku aku tak ingin jatuh lagi percakapan kita membuatku paham arti kehadiran pejalan asing di negeri asing singgah hanya singgah di hati kita yang sepi tanpa tepi.

Mangku Sukarta, Pengalaman “Dikubur” Tiga hari

Image
Mungkin yang terbayang di benak kita ketika mendengar ritual pendem atau amati raga adalah sesuatu yang seram, angker bahkan menakutkan. Namun itulah fenomena atau peristiwa budaya yang ada di masyarakat Bali. Ritual pendem atau amati raga biasanya dilakukan oleh calon wiku atau s ulinggih dalam upacara dw i jati sebagai syarat untuk menjadi sulinggih. Namun ada juga upacara pendem atau amati raga yang dilakukan diluar konteks menjadi sulinggih. Seperti yang dilakukan Mangku Sukarta, penekun spiritual asal Sesetan, Denpasar. Ia pada t ahun 2000 silam pernah melakukan ritual pendem atau amati raga. Namun ritual amati raga yang dilakukan Mangku Sukarta ini berbeda dengan ritual a mati raga yang dilakukan calon sulinggih atau brahmana. Jika mati raga yang dilakukan wiku atau sulinggih berdasarkan sastra dan uparaca, ritual amati raga yang dilakukan oleh Mangku Sukarta semata-mata dilakukan berdasarkan sruti atau pawisik dari Ida Sasuhunan . Ritual amati raga ini menurut Mang

Skizofrenia

Suara-suara itu Makin mengganggu Aku tak tahu lagi Mana nyata Mana tak nyata Obat penenang Tak mampu hilangkan Kecemasanku Siapa yang sakit Sebenarnya? Kau tak mengerti Kesedihanku Kesendirianku Seorang anak Rindukan ibunya Di rumah sakit Mengigau Memanggilmu Kita begitu jauh Kelahiran hanya urusan Karma semata Tiba-tiba aku merasa Seperti Karna Membenci Kunti Sudahlah Ibu! Kita sudahi permainan ini Kutelan kepahitan Bagai obat yang kuminum Bertahun-tahun lamanya Denpasar, 4 Desember 2014

obituari

ada lagi yang mati berangkat ke tanah tua jiwa-jiwa lanjutkan perjalanan aku bertanya sampai kapan aku disini suatu ketika pergi juga dunia ibarat penginapan waktu berakhir kita mesti pergi (RSBI, 24/11/14)

Me and Reda

Image
Pantai Padang-padang, Pecatu, Kuta Selatan                                                                                                                       Pantai Pandawa, Kutuh, Pecatu                                                               Pantai Suluban, Uluwatu

Blog Baru

Ini adalah blog baru saya. Pada 2008 lalu saya pernah membuat blog (https://senjabasah.blogspot.com), namun kemudian saya tak bisa menggunakan blog itu lagi karena lupa password. Sekarang saya ingin membuat blog lagi, banyak ide dan gagasan di dalam pikiran yang hendak saya tuangkan dalam tulisan. Saya gemar menulis sejak dulu. Sastra, filsafat dan Spiritualitas menjadi minat saya. Semoga pembaca berkenan membaca karya dan tulisan saya, terlebih lagi jika mendapat maanfaat dari karya dan tulisan saya. Salam.