Posts

Showing posts from January, 2022

[Pojok] Menceracau di Media Sosial

Image
  Media sosial kini menjadi permainan yang mengasyikkan bagi kebanyakan orang, termasuk para penulis. Menjadi wadah ekspresi tempat berbagi pemikiran dan karya, melalui tulisan pendek dan panjang atau sekadar status yang hanya terdiri dari beberapa kata atau kalimat. Ruang interaktif yang menjadi ciri khas media ini membuat setiap tulisan bisa dikomentari pengguna lain menghadirkan suasana yang hampir mirip dengan kehidupan nyata. Bahkan, Hiperrealitas, meminjam istilah seorang pemikir. Saya perhatikan, beberapa kawan penulis yang aktif di media sosial juga aktif menghasilkan karya misalnyamenulis buku. Awalnya saya berasumsi media sosial menjadi godaan besar penulis, karena bisa menyita waktu produktif dengan saling berbalas komentar atau terlibat dalam diskusi dan obrolan tentang sebuah isu atau fenomena yang hangat di masyarakat. Namun, tak semua penulis gemar menggunakan media sosial, ada juga yang menghindarinya.   Bagi penulis yang jeli dan cerdas, media sosial bisa jadi me

[Puisi] Hujan Berhenti Saat Kita Sampai

Image
Selepas hujan, kita tiba di tujuan. Desa telah lama menjadi kota, petani tinggal sedikit, gontai menuju sawah-sawah terakhir. Turis tak berbaju melaju kencang di jalan, kemerdekaan yang tak dirasa di negerinya.Berselancar di pantai yang kini sepi sekali. Burung kudengar berkicau, di kabel listrik tak beraturan, pemandangan biasa negara dunia ketiga. Banyak hal yang masih kusut dan semrawut. Kita berselisih tentang hujan, sementara air menerjang dari mobil  sebelah, basahi baju seragam yang baru tadi kau setrika rapi. Mesin absen kabarkan keterlambatan, itu artinya ada uang yang akan dipotong. Aturan adalah kesepakatan, walau kau pulang telat. Kusut dan berdebu, rambutmu berbau abu. Aku masih mencintaimu, seperti pertama bertemu. Percaya cinta berujung bahagia.   2021   [Angga Wijaya] Gambar diambil dari Pixabay 

Membuang Sampah Pikiran dan Perasaan Pada Tempatnya

Image
Ketika bertemu dengan saudara, kerabat atau sahabat, aktivitas yang paling banyak dilakukan adalah mengobrol, tentang banyak hal sesuai dengan minat dan kondisi kita. Janji bertemu di warung kopi, restoran, hotel atau hanya di beranda rumah dan kamar kontrakan menjadi sangat ditunggu. Sering kali, tanpa kita sadari, waktu satu, dua bahkan hingga berjam-jam kita habiskan untuk sekadar “melepas penat” setelah beberapa waktu didera kesibukan pekerjaan sehingga membutuhkan penyegaran batin. Mengobrol menjadi aktivitas mengasyikkan; ada beban yang terlepas saat seseorang melakukan percakapan tentang keadaan diri. Tak sedikit juga membicarakan sesuatu di luar diri: “ngomongin orang lain”; teman kerja, istri, suami, anak dan subjek lainnya. Secara tak sadar, mengobrol kemudian jatuh pada pergunjingan, gosip yang konon “makin digosok makin sip”. Bahkan, seakan-akan kita menjelma menjadi manusia yang paling suci, baik dan tak tercela. Orang lain paling buruk, jahat, selalu kurang di mata kita