Di tengah kekayaan makna, izinkan sesekali hening dan sepi itu "berbicara." Tidak dalam posisi menyalahkan, namun datang sebagai pelengkap yang belum tentu lengkap.
Di toko modern, penyair itu memesan kopi. Dia bangun dini hari, ingin menikmati pagi Jalanan gelap, lampu-lampu dipadamkan. Pengemudi memacu kencang kendaraan. Tadi dia sempat merapikan buku-bukunya. Hendak dijual semua untuk penuhi hidup. Istrinya tak suka ia mencintai buku-buku Tak mendatangkan uang tidak berguna Dia suka kalau penyair itu banyak menulis Perlu membaca jika ingin mewujudkan itu. Logika sering memusuhi perasaan penyair Membuat mereka sering berselisih paham. Penyair itu ingin berpisah dengan istrinya Istrinya menolak tidak mau meninggalkan Ada yang mesti diperjuangkan selama ini Pergi bukan jawaban yang bijaksana kini Mereka hanya perlu memperbaiki cinta Memahami bahwa semua akan baik saja. Di meja ia teringat istrinya masih terlelap Dibelinya roti coklat juga susu lalu pulang 2023 [Photo by Annie Spratt on Unsplash ]
Selepas hujan, kita tiba di tujuan. Desa telah lama menjadi kota, petani tinggal sedikit, gontai menuju sawah-sawah terakhir. Turis tak berbaju melaju kencang di jalan, kemerdekaan yang tak dirasa di negerinya.Berselancar di pantai yang kini sepi sekali. Burung kudengar berkicau, di kabel listrik tak beraturan, pemandangan biasa negara dunia ketiga. Banyak hal yang masih kusut dan semrawut. Kita berselisih tentang hujan, sementara air menerjang dari mobil sebelah, basahi baju seragam yang baru tadi kau setrika rapi. Mesin absen kabarkan keterlambatan, itu artinya ada uang yang akan dipotong. Aturan adalah kesepakatan, walau kau pulang telat. Kusut dan berdebu, rambutmu berbau abu. Aku masih mencintaimu, seperti pertama bertemu. Percaya cinta berujung bahagia. 2021 [Angga Wijaya] Gambar diambil dari Pixabay
Sajak Nanoq da Kansas kalau tuhan memberimu ramadhan kalau tuhan memberimu ramadhan damailah hidupmu dalam seribu cahaya bulan. fitrilah hatimu dikawal seribu malaikat yang memenangkanmu lewat dzikir waktu menebus dosa-dosa dunia yang tak berhenti melukai dirinya aku memberimu cinta saja hanya cinta. karena tak dapat kumiliki separuh bulan pun. dan waktu telah lama sekali meninggalkanku. sendiri. di sini, entah arafah atau gobi, sebagai musafir kuasaku hanya selangkah-langkah ke depan lama sekali aku telah belajar puasa mengundang jibril pagi-pagi untuk mengobati sayatan-sayatan zaman yang terus bernanah di sekujur riwayatku maka kalau aku tiba nanti di depan rumahmu – membawakanmu puisi ijinkan aku untuk sebutir kurma lewat ciuman di genangan oase matamu (Sumber: nanoqdakansas.blogspot.com) Gambar diambil dari dictionary.basabali.org
becik ru....lanjutkan
ReplyDelete