Buku-Buku Tak Bisa Menolongmu
![]() |
Sumber foto: www.pinterest.com |
Akhir
bulan saat kantong menipis kau gelisah
Pulang
ke rumah kau temui anak-istri terdiam
Tabungan
tak ada lagi, habis untuk makan dan
pengeluaran
lain. Juga untuk rokokmu, membuat
istrimu
kesal dan sering marah padamu.
“Pilih
aku atau rokokmu!” bentak istrimu
Kau
hanya diam lalu pergi berlalu. Kau mencintai
rokok
sebelum mengenal istrimu. Penuhi paru-paru
dengan
asap nikotin dan tak bisa lepas darinya
Menuju
kamar, tumpukan buku temani harimu
Bertahun-tahun
kau kumpulkan, jadi amunisi
kala
menulis bagi penulis-seniman sepertimu.
Tak
semua buku kau baca, ada yang bertahun-
tahun
tak kau sentuh hingga berdebu dan kusam
Saat
seperti ini buku-buku menjadi benda mati
Mereka
tak bisa menolongmu. Pengarang mati
sebelum
kau membacanya. Tak ada lagi yang
berharga.
Hanya tumpukan debu dan kelu.
“Jual
saja buku-bukumu. Koleksimu langka”
Temanmu
berkata suatu malam. Kau bimbang.
“Masih
ada uang?” istrimu selalu bertanya
Kau
makin gelisah kemudian setengah berbisik
meracau
tentang nama-nama yang kau ingat
Dostoyevsky,
Nietzsche, Camus, Virginia Woof,
Pramoedya,
Wiji Thukul, Rusmini, Cok, Nanoq
Bibirmu
bergetar menyebut mereka, kau berteriak
dan
berlari ke jalan, hingga orang-orang memanggil
polisi
pamong praja untuk meringkus-membawamu
ke
rumah sakit jiwa. Kau mengidap skizofrenia!
Di
kamarmu tak ada buku-buku dan kau bukan
penulis.
Sewaktu kecil kau ingin menjadi penulis
Orang
tuamu menjadikanmu pegawai bank
Di
bank kau kerap membaca puisi keras-keras
Kau
dipecat dan dianggap sakit jiwa. Kau belum
menikah
tak punya kekasih. Tak ada perempuan
yang
mau dekat denganmu. Kau menjadi pemurung,
sering
menyendiri di kamar bersama bayanganmu.
Denpasar, 23 Maret 2018
Comments
Post a Comment