Bedah Rumah; dari ODGJ untuk ODGJ
Rumah
Berdaya Denpasar siang itu tampak lebih sepi dari hari biasa. Hanya tampak
beberapa pegawai yang bertugas. Di masa pembatasan sosial karena wabah Covid-19
memang warga Rumah Berdaya dihimbau untuk lebih banyak di rumah, hanya pada
saat berobat datang ke komunitas orang dengan gangguan jiwa yang berlokasi di
Jalan Raya Sesetan, Pegok, Denpasar Selatan ini.
Saya
menemui Nyoman Sudiasa, Koordinator Rumah Berdaya Denpasar dan berbincang
tentang kegiatan bedah rumah yang baru saja selesai dan diserahterimakan pada
akhir Maret 2020 lalu. Bedah rumah adalah program baru Komunitas Peduli
Skizofrenia Indonesia (KPSI) simpul Bali, induk organisasi Rumah Berdaya
Denpasar.
Biasanya,
program bedah rumah diinisiasi oleh pemerintah. Namun yang dilakukan kali ini
berbeda. Bedah rumah dikerjakan oleh orang dengan gangguan jiwa (ODGJ)
khususnya skizofrenia. Mereka adalah warga Rumah Berdaya Denpasar yang telah pulih.
Pak
Nyoman, panggilan akrab Nyoman Sudiasa dengan samringah menceritakan pengalamannya pada saya. Ia adalah penyintas
skizofrenia dan salah satu pendiri KPSI simpul Bali.
“Saya
merasa bahagia bisa membantu orang yang senasib dengan saya. Kebetulan saya
punya pengalaman menjadi tukang bangunan jadi mengerti tentang bedah rumah,”
katanya.
Sudiasa
menuturkan, kegiatan bedah rumah ini rumah keluarga Wayan, Orang dengan Skizofrenia
(ODS) di Pegok, Sesetan, Denpasar Selatan. Selama beberapa bulan ia dibuatkan
kamar berterali dan terpisah dengan keluarga inti. Kondisinya kurang layak, WC
dan toilet menjadi satu dengan tempat tidur. Kawat berduri menghiasi pintu dan
jendela yang memberi kesan penghuninya berbahaya.
Dari
informasi dr. I Gusti Rai Putra Wiguna, SP.KJ,
psikiater dan pendiri KPSI simpul Bali, pihaknya bersepakat untuk
merenovasi rumah Wayan. Biaya berasal dari para donatur yang terketuk hatinya
untuk membantu Wayan agar bisa hidup layak dan bermartabat.
“Pekerjaan
dilakukan warga Rumah Berdaya di sela-sela waktu lowong, jadi tidak setiap
hari, mulai dari memasang tegel, mengganti pintu dan jendela hingga mengecat
ruangan. Waktu pengerjaan selama sebulan,” kata Nyoman Sudiasa.
Tambahnya,
program bedah rumah yang dilakukan pertama kali oleh KPSI simpul Bali
berlangsung lancar. Hal ini tak lepas dari dukungan keluarga Wayan yang setelah
diberikan edukasi sederhana tentang kesehatan mental mengizinkan membawa
kembali Wayan ke Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali di Kabupaten Bangli untuk
berobat, dan tak lagi mengurungnya seperti beberapa bulan belakangan.
Rai
Putra Wiguna menyebut kondisi kesehatan Wayan berangsur membaik. Sebelumnya
pihak keluarga terpaksa mengurungnya karena relaps (kambuh) akibat putus
pengobatan. Wayan mengidap skizofrenia sejak hampir 20 tahun lalu saat ia
remaja, dan telah bolak-balik ke RSJ.
“Kini
dengan pengobatan rutin kondisinya pulih, mendapat bedah rumah dari Rumah
Berdaya Denpasar yang dikerjakan oleh ODS dari dana yang terkumpul. Kelengkapan
kamar berupa lemari dan tempat tidur berasal dari Ibu Walikota Denpasar Selly
Mantra yang juga ketua K3S Kota Denpasar, juga pakaian layak pakai dari para
donatur. Terima Kasih kami ucapkan kepada semua pihak” ujar Rai Putra Wiguna.
Ia
menambahkan, program bedah rumah dari dan untuk ODGJ ini merupakan bukti bahwa
penyandang disabilitas mental yang telah pulih mampu berdaya, membantu orang
lain dengan kemampuan mereka.
“Ini
tantangan bagi orang dan masyarakat yang disebut normal dan sehat, membantu
warga yang sering distigma dengan sebutan ‘gila’. Masalah kesehatan mental tanggung
jawab kita bersama, sudah bukan zamannya lagi saling menyalahkan,” pungkasnya.
Bagi
Rai Putra Wiguna, saat ini waktu yang tepat untuk saling bersinergi antara
pemerintah, layanan kesehatan dan juga komunitas serta LSM bahu-membahu
mengatasi permasalahan kesehatan mental di lingkungan masing-masing dan menekan
angka pemasungan dan penelantaran ODGJ.
“Untuk
membuat hidup mereka lebih bermartabat,” katanya
Kader Kesehatan
Jiwa
Berdasarkan data, saat ini di Denpasar
terdapat 529 orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Untuk itu, Dinas Kesehatan Kota
Denpasar bekerja sama dengan Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia (KPSI)
Simpul Bali, Ikatan Perawat Kesehatan Jiwa Indonesia (IPKJI), dan STIKES Bina
Usada mengadakan pelatihan kader kesehatan jiwa untuk puskesmas se-kota Denpasar.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Denpasar,
dr. Luh Putu Sri Armini, M.Kes mengatakan, pelatihan kader kesehatan jiwa
nantinya akan dirancang untuk mewujudkan desa sadar sehat jiwa. Namun, katanya,
yang perlu dicatat adalah bukan berarti di desa atau kelurahan tersebut tidak
ada warga yang mengalami gangguan jiwa.
“Jadi, yang sehat tetap sehat, dan yang
mengarah ke gangguan jiwa tidak menjadi sakit jiwa, atau jika pun didiagnosis
mengalami gangguan jiwa akan tetap diobati. Hal ini perlu digarisbawahi agar
tidak salah kaprah,” katanya.
Ia menambahkan, di Kota Denpasar para
ODGJ telah tertangani dengan baik, apalagi kini Puskesmas telah menyediakan
layanan kesehatan mental termasuk penyediaan obat gangguan jiwa. Juga, bagi
ODGJ yang telah pulih telah disediakan tempat pemberdayaan yakni di Rumah Berdaya
Denpasar.
Rai Putra Wiguna menyebut, pelatihan ini
adalah langkah untuk mewujudkan Denpasar bebas pasung. Jadi setiap desa atau
kelurahan diharapkan memiliki kader kesehatan jiwa, yang salah satu tugasnya
melakukan deteksi dini ke rumah-rumah untuk mengetahui apakah ada warga yang
mengalami gangguan jiwa berat dan belum berobat Termasuk juga mendeteksi juga
orang dengan masalah kesehatan jiwa.
“Istilahnya ODMK, yakni orang yang belum
mengalami penyakit jiwa tapi berpotensi besar memiliki masalah kesehatan jiwa
misalnya setelah kehilangan orang terdekat, perceraian, atau mengalami
kekerasan. Jadi baru masalah saja dan itu akan dideteksi oleh kader kesehatan
jiwa. Termasuk nanti jika sudah mendapat pengobatan juga ikut mendukung
keluarga untuk mengawasi pemberian obat secara rutin,” ujar psikiater RSUD
Wangaya, Denpasar ini.
Dijelaskan, pelatihan kader kesehatan
jiwa ini sebelumnya sudah dilaksanakan di dua puskesmas berjumlah 57 orang
termasuk pelatihan bagi dokter umum dan para perawat kesehatan jiwa. Semua ini
akan mengarah ke pembentukan desa atau kelurahan sadar sehat jiwa.
“Kami punya data yang terintegrasi, baik
yang berobat di puskesmas atau rumah sakit di mana jumlah pengidap gangguan
jiwa di Kota Denpasar yang sudah tertangani adalah 529 orang. Data meliputi
nama, alamat, jenis obat dan kapan habisnya. Hal ini bertujuan mencegah terjadinya
pemasungan,” terangnya..
JOIN NOW !!!
ReplyDeleteDan Dapatkan Bonus yang menggiurkan dari dewalotto.club
Dengan Modal 20.000 anda dapat bermain banyak Games 1 ID
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.name
dewa-lotto.cc
dewa-lotto.vip