Dua Kota, Dua Ingatan
![]() |
Lukisan "Starry Night" Van Gogh |
/1/
Berkunjung ke kota S,
kulihat jejakku di jalan-jalan kota. Sekolah masih seperti dulu, bangunan tua terjaga
keasliannya. Teringat dulu mengucap cinta di tangga pada gadis kurus berkacamata,
pada lipatan surat di buku yang terbaca dengan hati berbunga. Terkenang bibi yang menampungku selama di kota itu. Pagi hari ke pasar membeli sayur dan
ikan, bibi memasak makanan terlezat yang pernah kumakan. Bibi sendirian di kota
itu, tak punya anak, suaminya menikah lagi dengan perempuan lain. Bibi
perempuan tangguh, ia tak mau pulang ke kampung halaman, pantang meminta
sesuatu dari keluarga asal. Ia hidup dari menjual bunga dan rajutan, hingga
suatu waktu burung sriti banyak datang dan bersarang di rumahnya.. Saudagar walet
mengetahui hal itu dan mengajak berkerja sama hingga puluhan tahun, Walet
mendatangkan rejeki yang tak sedikit, bibi tak perlu lagi berjualan bunga dan
rajutan, hingga usia tua dan kematian menjemputnya.
/2/
Berkunjung ke kota N,
kota di mana aku lahir dan besar, kujumpai ibu yang kian renta di usia senja.
Rumah sepi, hanya ibu ditemani kakakku. Kamarku berdebu, juga buku-buku yang
teronggok di lemari, tak tersentuh tangan manusia. Buku-buku itu kenangan
sewaktu kuliah, kuliah yang tak rampung karena skizofrenia menyerang sepuluh
tahun lalu. Aku terpaksa pulang, tak ada masa depan bagi pengidap gangguan jiwa
sepertiku. Kulalui hari-hari dengan diam, langit terasa runtuh, mimpi dan
harapan sirna, tak ada yang peduli. Tak punya pekerjaan, merasa tak berguna,
terkadang ingin mengakhiri hidup agar tak lagi menderita. Puisi menjadi tempat
mengadu, kutulis berlembar-lembar kertas hingga larut malam atau pagi
menjelang. Suatu hari aku pergi ke ibu kota, memulai hidup baru dan melupakan segala
kepahitan. Berpindah dari satu pekerjaa ke pekerjaan lain, sebelum akhirnya
menemukan jalan menjadi wartawan dan penulis lepas. Menulis membuatku terobati,
sembuhkan luka-luka lama menganga.
Umadui,
26 April 2018
Comments
Post a Comment