Kamar Kos dan Demokrasi

Aku belajar sesuatu dari hidup dan tinggal di rumah kos; sebuah demokrasi! Kami hidup sendiri-sendiri, dengan berbagai pekerjaan, perjuangan dan nasib yang dipikul masing-masing penghuni. Tak ada tegur sapa, jika pun ada itu hanyalah basa-basi adat ketimuran. Jika ada yang berbicara banyak, bisa dipastikan itu dari kawan sekampung dan bukan orang lain. Atau ibu-ibu yang bergosip tentang tetangga tak jelas pekerjaannya, sebab ia sering di kamar dan menulis entah apa (penyair kurus-berkacamata di kamar atas). Demokrasi, ya, demokrasi. Orang boleh bicara apa saja, asal tak didengar orang lain-- jangan lupa tutup pintu dan jendela, atau hidupkan musik keras-keras. Asal tak menganggu ketertiban- ketentraman,semua sah-sah saja. Tangis bayi lapar atau ibu marah-marah adalah orkestra sehari-sehari. Tak bisa dicampuri, sebab itu kesunyian nasib yang hakiki. Kau kenyang atau lapar tak ada yang peduli, sebab begitulah TV mengajarkan-...